Rabu, 25 April 2012

gaya kepemimpinan presiden SBY

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono adalah Presiden RI ke enam dan Presiden pertama yang dipilih langsung oleh Rakyat Indonesia. Bersama Drs. M. Jusuf Kalla sebagai wakil presidennya, beliau terpilih dalam pemilihan presiden di 2004 dengan mengusung agenda “Indonesia yang lebih Adil, Damai, Sejahtera dan Demokratis”, mengungguli Presiden Megawati Soekarnoputri dengan 60% suara pemilih. Pada 20 Oktober 2004 Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik beliau menjadi Presiden. Presiden SBY, seperti banyak rakyat memanggilnya, lahir pada 9 September 1949 di Pacitan, Jawa Timur. Seorang ilmuwan teruji, beliau meraih gelar Master in Management dari Webster University, Amerika Serikat tahun 1991. Lanjutan studinya berlangsung di Institut Pertanian Bogor, dan di 2004 meraih Doktor Ekonomi Pertanian.. Pada 2005, beliau memperoleh anugerah dua Doctor Honoris Causa, masing-masing dari almamaternya Webster University untuk ilmu hukum, dan dari Thammasat University di Thailand ilmu politik. Susilo Bambang Yudhoyono meraih lulusan terbaik AKABRI Darat tahun 1973, dan terus mengabdi sebagai perwira TNI sepanjang 27 tahun. Beliau meraih pangkat Jenderal TNI pada tahun 2000. Sepanjang masa itu, beliau mengikuti serangkaian pendidikan dan pelatihan di Indonesia dan luar negeri, antara lain Seskoad dimana pernah pula menjadi dosen, serta Command and General Staff College di Amerika Serikat. Dalam tugas militernya, beliau menjadi komandan pasukan dan teritorial, perwira staf, pelatih dan dosen, baik di daerah operasi maupun markas besar. Penugasan itu diantaranya, Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad, Panglima Kodam II Sriwijaya dan Kepala Staf Teritorial TNI. pada bulan Oktober mendatang Presiden Yudhoyono akan merombak susunan kabinet dengan berbagai alasan, di antaranya karena kondisi kesehatan para menteri hingga kinerja mereka yang dinilai buruk. Menanggapi keinginan Presiden Yudhoyono merombak kabinet, yang pernah disampaikan presiden beberapa waktu lalu di Jambi, Wakil Sekertaris Jenderal DPP Partai Golkar, Happy Bone Zulkarnaen mengatakan partainya optimistis menteri dari partai Golkar tidak akan diganti. Menurutnya, ini karena Golkar sudah mampu menunjukkan kerjasama yang baik dalam pemerintahan saat ini. Dalam diskusi di Jakarta, Sabtu ia menambahkan jika akhirnya nanti ternyata menteri dari partai Golkar diganti maka presiden harus melakukan pembicaraan terlebih dahulu dengan pimpinan partai Golkar. Bahkan ditegaskannya jika ingin merombak susunan kabinet maka presiden tidak bekerja sendiri meski pergantian menteri merupakan hak prerogratif presiden. Happy Bone mengatakan, “Harusnya reshuffle ini menjadi kerja bareng, presiden juga perlu mengajak ketua-ketua partai untuk sharing, melakukan intellectual exercise betul-betul reshuffle ini untuk melakukan perbaikan dan juga untuk mencapai satu tujuan yang lebih jelas lagi, saya melihat bahwa dua sisi, pertama ini adalah merupakan uji nyali Presiden sebagai seorang pemimpin bangsa, yang kedua untuk memperlihatkan seberapa besar sih tingkat kedewasaan berpolitik.” Menurut pengamat politik Sukardi Rinakit dari lembaga kajian politik, Soegeng Sarjadi Syndicate, setelah isu perombakan kabient sempat muncul tahun lalu maka rencana serupa tahun ini harus segera dilakukan. Ditambahkannya ada beberapa hal yang harus menjadi acuan presiden sebelum merombak kabinet. “Reshuffle harus, itu point pertama; yang kedua segera tentukan mascot dalam dua tahun ke depan itu apa yang ingin dicapai, tidak semua program bisa dicapai; (dan) yang ketiga menyatukan kekuatan, memberikan simbol bahwa menteri harus bertangungjawab kepada tugasnya itu, titik tertinggi daripada ini adalah presiden harus merubah gaya kepemimpinannya, selama ini tidak mencerminkan kewibawaan, jangan terlalu sering muncul di TV," ujar Sukardi Rinakit. Sementara, peneliti dari Lembaga Survei Indobarometer, Chudori menilai semakin menurunnya popularitas Presiden Yudhoyono karena tidak konsisten dalam menjalankan tugas-tugas sesuai amanat rakyat. Maka diingatkannya ada tiga aspek yang harus dilakukan presiden dalam merombak susunan kabinet Oktober nanti. “Perbaikan kinerja yang komprehensif itu mencakup tiga aspek, bukan hanya menteri tapi juga presiden lalu kemudian birokrasi, dan (juga) dari aspek peraturan yang mendukung sebuah kebijakan,” kata Chudori. Dalam kesempatan sama, staf khusus presiden bidang komunikasi politik, Daniel Sparingga menegaskan saat melakukan perombakan kabinent nanti Presiden Yudhoyono sudah berjanji akan mengubah gaya kepemimpinannya. Selain itu ditambahkannya presiden juga akan meminta hal sama dilakukan oleh seluruh pejabat pemerintah pusat dan daerah yang pada intinya akan berjuang untuk rakyat. Daniel Sparingga mengatakan, “Semangat pentingnya, di antaranya adalah perubahan di dalam gaya memimpin. Presiden sendiri mengatakan bahwa gaya memimpin di sana juga akan berubah, gaya memimpin menteri juga berubah, gaya birokrat di tingkat Dirjen juga berubah dan seterusnya hingga gubernur, bupati, wali kota. Jadi pesan (Presiden) sebenarnya sangat nasional, kita (harus) berubah.”

Rabu, 18 April 2012

Rangkuman Teori kepemimpinan

1. Rangkuman teori kepemimpinan(situasional)
Kepemimpinan adalah sebuah proses mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi secara suka rela (Fairholm, 1991; Gardner, 2000). Bahkan menurut Gemmil dan Oakley (1992) kepemimpinan adalah sebuah proses kerjasama antara anggota organisasi dalam merumuskan metode baru untuk meningkatkan kualitas organisasi.
Namun teori kepemimpinan situasional yaitu kepemimpinan yang didasarkan atas hubungan saling mempengaruhi.
Ini artinya bahwa kepemimpinan bukan hanya didefinisikan dari sudut jabatan, tapi lebih tepatnya, kepemimpinan ini adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain tanpa paksaan untuk mencapai sesuatu yang sudah dirumuskan sebelumnya oleh anggota organisasi.
a. Model Kontijensi
Pada tahun sekitar 1940-an para ahli-ahli psikologi sosial mulai mulai mengadakan penelitian terhadap beberapa variabel-variabel Situasional yang mempunyai pengaruh terhadap peranan kepemimpinan, kecakapan, dan prilakunya, inklusif pelaksanaan pekerjaan dan kepuasan para pengikutnya. Berbagai variabel Situasional diidentifikasikan, tapi tidak semua mampu ditarik oleh Teori Situasional ini.
Pedekatan klasik terhadap pelatihan dan pengembangan gaya manajemen adalah pendekatan kepemimpinan siklus hidup (yang selanjutnya disebut situasional) pendekatan ini merupakan perluasan dari pendekatan jaringan manjerial. Mengikuti kajian asli Ohio State dan pendekatan jaringan, pendekatan Hersey dan Blanchard.
Mengidentifikasi dua gaya utama berikut ini :
1. Task Style. Pemimpin mengorganisasi dan menentukan peran bagi para anggota kelompok kerja; pemimpin menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan anggota, kapan, dimana, serta bagaimana mereka mengerjakannya.
2. Relationship style. Pemimpin memiliki hubungan yang dekat dengan anggota kelompok, ada keterbukaan komunikasi serta dukungan psikologis dan emosional.
Pada tahun ± 1967 Fred Fiedler mengusulkan suatu model berdasarkan situasi untuk efektifitas kepemimpinan. Konsep ini dituangkan dalam bukunya yang terkenal "A Theory of Leadership Effectiveness ". Fiedler mengembangkan suatu teknik yang unik untuk mengukur gaya kepemimpinan dengan memberikan skor yang dapat menunjukan Dugaan Kesamaan di antara keberlawanan (Assumed Similarity between Oppsites - ASO) dan Teman Kerja yang Paling Sedikit Disukai (Least Preferred Coworker - LPC). ASO memperhitungkan derajat kesamaan diantara persepsi-persepsi pemimpin menganai kesukaan yang paling banyak dan paling sedikit tentang kawan-kawan kerjanya.
b. Model vroom-yetton
Laporan evaluasi empiris dari validitas model kontingensiVroom-Yetton perilaku kepemimpinan (VH Vroom dan PW Yetton, 1973). Naif untuk model, 96 manajer dari berbagai organisasidijelaskan 181 situasi yang sebenarnya pemecahan masalah atau pengambilan keputusan dan perilaku mereka dalam situasi ini.Model ini kemudian digunakan untuk memprediksi peringkat kualitas teknis, penerimaan bawahan, dan keefektifan solusi yang terpilihatau keputusan yang dibuat. Dukungan substansial untuk model danberbagai komponennya diperoleh. Validitas konkuren nya adalahlebih besar dari model noncontingent diusulkan oleh teoretikus lain.Validitas model Vroom-Yetton ini disebabkan, dalam ukuran besar,hubungan antara perjanjian dengan model dan penerimaan bawahanatau komitmen untuk keputusan. Hubungan dengan kualitas keputusan lebih kecil. Alasan untuk perbedaan dan kekurangan yang mungkin dari model yang dibahas.
. c. Model Path Goal
Teori jalur-tujuan, juga dikenal sebagai teori jalur-tujuan efektivitaspemimpin atau model jalan-tujuan, adalah teori kepemimpinan yang dikembangkan oleh Robert House, sebuah Ohio State Universitypascasarjana, pada tahun 1971 dan direvisi pada tahun 1996. Teori ini menyatakan bahwa perilaku seorang pemimpin adalah kontingendengan motivasi, kepuasan dan kinerja dia atau bawahannya. Versirevisi juga berpendapat bahwa pemimpin terlibat dalam perilakuyang melengkapi kemampuan bawahan dan mengkompensasikekurangan. Model jalur-tujuan dapat diklasifikasikan baik sebagaikontingensi atau sebagai teori kepemimpinan transaksional
Menurut teori asli, pekerjaan manajer dipandang sebagai pekerja pemandu untuk memilih jalur terbaik untuk mencapai tujuan mereka, serta tujuan organisasi. Teori ini berpendapat bahwa para pemimpin harus terlibat dalam berbagai jenis perilaku kepemimpinan tergantung pada sifat dan tuntutan situasi tertentu. Ini adalah tugas pemimpin untuk membantu pengikutnya dalam mencapai tujuan dan untuk memberikan arah dan dukungan yang diperlukan untuk memastikan bahwa tujuan mereka sesuai dengan tujuan organisasi.

2. Struktur organisasi anatomi organisasi
Dalamarti Statis Organisasi sebagai wadah atau tempat dimana kegiatan kerjasama yangdijalankan untuk mencapai tujuan bersama melalui pola-pola yang telahditentukan.
Dalam arti dinamis Organisasi sebagai suatu systemproses interaksi antara orang-orang yang bekerja sama secara formal maupuninformal.
Dalam melaksanakan suatu organisasi ada dua bagianyang tidak dipisahkan keduanya saling ketergantungan atau saling berhubunganuntuk mencapai suatu tujuan yaitu :
fungsi dan proses administrasi yaitu sesuatu yangterdapat dalam organisasi yang memberikan atau yang menjadikan organisasi ituberkembang tumbuh dan bergerak.
fungsi dan proses manajemen adalah sesuatu yangterdiri dari tindakan Fungsi manajemen (planning, organizing, actuating dancontrolling) yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yangditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Organisasi terbagi atas 3 bagian yaitu :
1. TaksonomiOrganisasi
2. StrukturOrganisasi
3. ProsesOrganisasi

a. Desain Organisasi
Desain organisasi menekankan pada sisi manajemen dari teori organisasi dengan mempertimbangkan konstruksi dan mengubah struktur organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Desain organisasi didefinisikan atau dinyatakan sebagai proses pembuatan keputusan yang dilakukan oleh manajer untuk memilih struktur organisasi yang sesuai dengan strategi untuk organisasi dan lingkungan tempat anggota organisasi melaksanakan strategi tersebut.
Desain organisasi menuntut manajer untuk melihat secara bersamaan ke dalam organisasi dan ke luar organisasi. Ada empat bagian untuk membangun desain organisasi, yaitu pembagian kerja, departementalisasi, hirarki dan koordinasi. Dalam pengembangan desain organisasi ada dua hal yang penting; pertama perubahan stratgei dan lingkungan berlangsung dengan berlalunya waktu, desain organisasi merupakan proses yang berkelanjutan. Kedua, perubahan dalam struktur termasuk mencoba dan kemungkinan berbuat salah dalam rangka mensyusun desain organisasi. Manajer hendaknya memandang desain organisasi sebagai pemecahan masalah dan mengikuti tujuan organisasi dengan gaya situasional atau kontingensi,yaitu struktur yang ada didesain untuk menyesuaikan keadaan organisasi atau sub unitnya yang unik.

b. Pembayaran Kerja
Organisasi yang selalu berkembang merupakan dambaan semua orang. Baik pemerintah maupun swasta mengharapkan organisasinya tumbuh dan berkembangdengan baik, sebab dunia terus berkembang. Dengan perkembangan tersebutdiharapkan organisasi mampu bersaing dan berakselerasi dengan kemajuan zaman.Kenyataan menunjukkan bahwa organisasi yang tidak mampu berakselerasi dengankemajuan zaman akan tertinggal untuk kemudian tenggelam tertelan zaman.Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan suatuorganisasi adalah melalui hasil Penilaian Prestasi Kerja (PPK) yang ada padaorganisasi tersebut. PPK dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
Performance Appraisal
. Dari PPK dapat dilihat kinerja kerja organisasi yang dicerminkan olehkinerja kerja pegawainya.Hasil PPK dapat menunjukkan apakah SDM (pegawai) pada organisasiterebut telah memenuhi sasaran/target sebagaimana yang dikehendaki olehorganisasi, baik secara kuantitas maupun kualitas, bagaimana perilaku pegawaidalam melaksanakan pekerjaannya, apakah cara kerja tersebut sudah efektif danefisien, bagaimana penggunaan waktu kerja dan sebagainya. Dengan informasitersebut berarti hasil PPK merupakan refleksi dari berkembang atau tidaknyaorganisasi.

c. Departemenlisasi
Efesiensi kerja tergantung kepada keberhasilan integrasi satuan-satuan yang bermacam-macam dalam organisasi. Proses penentuan cara bagaimana kegiatan dikelompokkan disebutkan departementasi
Macam bentuk departementasi yaitu :
1. Departementasi Fungsional
Mengelompokkan fungsi yang sama atau kegiatan sejenis untuk membentuk satuan organisasi. Ini merupakan bentuk organisasi yang paling umum dan bentuk dasar departementasi
2. Departementasi Devisional
Dengan membagi divisi-divisi atas dasar produk, wilayah, langganan, dan proses, dimana tiap divisi merancang, memproduksi dan memasarkan produknya sendiri. Organisasi divisional dapat mengikuti pembagian divisi-divisi atas dasar produk, wilayah (geografis), langganan, dan proses atau peralatan.
3. Departemensi Proyek
Merupakan bentuk departementasi campuran.ini dilakukan dengan mengkombinasikan kebaikkan-kebaikkan dari system fungsional dan divisional dengan menghindarkan segala kelemahannya.
d. Rentang kendali , Rentang komando
Perusahaan sering kacau karena struk-turnya semrawut. Alur perintah dan tang-gung jawab tidak jelas. Usaha pun lantas terhambat. Permasalahannya? Boleh jadi sistem kendalinya lemah.
Banyak perusahaan yang tidak efektif bu-kan karena kondisi eksternal tetapi lan-taran struktur organisasinya kurang kokoh. Struktur ini hendaknya mencerminkan apa yang menjadi sasaran perusahaan, dan efisiensi pelaksanaan fungsi hendaknya menjadi patokan utama.
Efisiensi ini bisa dicapai bila perintah dan pe-nugasan oleh eselon manajer dapat segera dilak-sanakan oleh bawahan, dengan proses antara seminim mungkin. Pengarahan, briefing, dan instruksi hendaknya serba ringkas. Apa yang menjadi tanggung jawab bawahan pun hendaknya selalu jelas.
e. Pelimpahan Wewenang
Wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu. Wewenang merupakan hasil delegasi atau pelimpahan wewenang dari atasan ke bawahan dalam suatu organisasi.
Dua pandangan yang saling berlawanan tentang sumber wewenang, yaitu:
1. Teori formal (pandangan klasik)
Wewenang merupakan anugrah, ada karena seseorang diberi atau dilimpahi hal tersebut.Beranggapan bahwa wewenang berasal dari tingkat masyarakat yang tinggi. Jadi pandangan ini menelusuri sumber tertinggi dari wewenang ke atas sampai sumber terakhir, dimana untuk organisasi perusahaan adalah pemilik atau pemegang saham.
2.Teori penerimaan (acceptance theory of authority)
Wewenang timbul hanya jika dapat diterima oleh kelompok atau individu kepada siapawewenang tersebut dijalankan. Pandangan ini menyatakan kunci dasar wewenang oleh yangdipengaruhi (influencee) bukan yang mempengaruhi (influencer). Jadi, wewenang tergantung pada penerima (receiver), yang memutuskan untuk menerima atau menolak.
F. Dimensi Struktur